..:Hamzarblog:..

Hidup atau mengada secara sungguh-sungguh berarti berjuang, dengan keringat dan darah, dan bukan hanya sekedar hidup [KIERKEGAARD]”; Bahasa adalah “sangkar ada”. Kenyataan tidak tinggal di luar melainkan bersemayam dalam bahasa “[HEIDEGGER]”; Hidup adalah insting atas pertumbuhan, kekekalan dan pertambahan kuasa. Hidup adalah kehendak untuk penguasaan. Hidup bukan sebagai proses biologis, melainkan sebagai suatu yang mengalir, meretas, dan tidak tunduk pada apapun yang mematikan gerak hidup “[NIETZSCHE]”; Keberadaan diri pada kenyataannya tergantung atas tindakan, pengharapan dan hasrat. Manusia yang tidak mempunyai tiga hal tersebut, hidupnya hampa. Keberadaan kita bergantung pada adanya hasrat-hasrat dan tindakan-tindakan. Ketiadaan dari hal-hal tersebut membuat hidup kita lesu dan hampa “[MUH. IQBAL]

Wednesday, January 31, 2007

TOKOH SPIDERMAN DAN TOKOH ORGANISASI

Dalam sebuah organisasi biasanya ada seseorang yang dijadikan tokoh dan dijadikan teladan bagi para pengikutnya. Dan biasanya pula, orang yang dijadikan tokoh dan teladan adalah orang-orang yang memiliki kapasitas tertentu dalam organisasi tersebut, katakanlah dia sebagai seorang ketua.

Sebagai orang yang dijadikan tokoh atau teladan, biasanya dia cenderung menjadi sasaran dari setiap keluhan dan segala bentuk permasalahan yang dialami oleh organisasi tersebut. Hal ini mengkondisikan sang tokoh harus menjadi manusia yang tegar, kuat, sabar, dan tidak punya masalah pribadi sedikit pun, walaupun pada kenyataannya sang tokoh tersebut sebenarnya juga manusia biasa yang lemah yang juga bisa merasakan keletihan, dan ia juga tidak lepas dari masalah pribadi. Seorang tokoh hanya manusia biasa yang juga bisa meneteskan air mata karena derita yang menderanya.

Hanya sedikit orang yang merasakan derita seorang tokoh. Hanya orang-orang yang pernah menjadi tokohlah yang mampu merasakannya.

Disatu sisi, menjadi tokoh adalah anugerah, namun disisi lain menjadi tokoh adalah sebuah kutukan. Dengan menjadi tokoh, banyak hal yang bisa dilakukan untuk kepentingan banyak orang, namun banyak juga yang dirugikan. Dan yang dirugikan adalah kepentingan bahkan kebutuhan sang tokoh itu sendiri.

Untuk lebih jelasnya, mungkin bisa disaksikan dalam Film Spiderman. Spiderman adalah tokoh yang senantiasa melakukan kebajikan untuk kepentingan umum. Spiderman juga seorang manusia yang memiliki keluarga, memiliki impian untuk bersama dengan seorang perempuan yang dia cintai, dan dia juga seorang mahasiswa yang dituntut untuk rajin kuliah dan mengumpulkan tugas kuliah.

Dengan menjadi Spiderman, banyak orang yang tertolong karenanya. Namun dengan menjadi Spiderman, dia harus mengorbankan waktunya untuk keluarganya, dia mengubur impian untuk bisa bersama dengan perempuan yang dikasihinya, dan dia mengorbankan juga kuliahnya.

Dalam Film Spiderman tersebut, sang tokoh pernah mengalami pergulatan jiwa, dimana dia harus mengambil sebuah pilihan yang berat, apakah tetap menjadi Spiderman ataukah kembali menjadi manusia biasa. Karena dengan kembali menjadi manusia biasa, dia akan punya banyak waktu untuk memperhatikan keluarganya, dia bisa mewujudkan impiannya dengan perempuan yang dicintainya, dan dia juga bisa kembali kuliah yang rajin dan mengerjakan tugas-tugas kuliahnya dengan baik.

Tapi ini persoalan jiwa, sang tokoh Spiderman pada akhirnya tetap memilih menjadi Spiderman, dan dengan penuh kepedihan dia pun harus mengubur impiannya.

Cerita dalam Film Spiderman pada dasarnya juga dialami oleh seorang tokoh dalam sebuah organisasi, hanya konteksnya yang berbeda, namun pergolahan jiwa yang dialami oleh spiderman dan tokoh organisasi hampir semuanya sama.

Sekarang, siapa yang bisa memahami pergolakan jiwa seorang tokoh dalam sebuah organisasi? Siapa yang bersedia ber-jihad dengan sang tokoh? Adakah yang mampu merajut impian yang dipendam oleh seorang tokoh?

Al-Hikmah Com., 01 Februari 2007

1 Komentar:

    • At 5:04 AM, Blogger Unknown said…

      Seorang tokoh, memang dituntut lebih karena perannya. Akan tetapi, jangan juga tokoh tadi mengidentikkan dirinya dengan suatu jabatan tertentu. Karena, seketika jabatan itu lepas dari dirinya, maka karakternya pun juga akan terbuang bersama jabatan tersebut.

      Kepemimpinan harus berdiri diatas landasan yang mantap.

       
    • Post a Comment

SEBUAH CERITA TENTANG PULAU TAMALANREA

Suatu ketika, dimana aku merasakan kecemasan yang sangat, aku mencoba mendamaikan hati disebuah pantai. Kunaiki sebuah sampan kecil dan aku berbaring diatasnya. Semilir angin pantai merayu kelopak mataku dan akhirnya akupun tertidur.

Kicauan burung Nuri membangunkanku dan seketika itupun aku terperanjat di atas sampai kecil. Aku terdampar disebuah pulau. Sampan dan angin telah membawaku kesini, disebuah pulau yang tidak pernah aku kenali sebelumnya. Kucoba menurunkan kakiku dari sampan dan kujejakkan langkah demi langkah kebibir pantai. Takjub aku melihat pulau ini, pantai dengan pasir putih yang bersih dan indah. Yang memantulkan cahaya mentari dengan lembutnya. Akupun berlari diatasnya hingga rasa haus dan lapar mulai menyerang tenggorokan dan lambungku.

Akupun segera meninggalkan pantai dan menyusuri pohon-pohon kelapa yang rindang dan berbuah lebat. Kulepaskan rasa haus yang mendera dengan meminum air kelapa yang ternyata sangat manis dan segar. Setelah itu kulanjutkan perjalananku hingga akhirnya kudapati sebuah perkebunan kopi, daun teh dan kelapa sawit. Perkebunan ini tidak terlalu luas, namun bisa memenuhi kebutuhan manusia yang ada di pulau ini.

Di sebelah utara perkebunan ini kulihat hamparan padi yang bijinya sudah menguning. Di sebelah barat aku melihat berbagai sayur-sayuran hijau dan subur. Akupun memilih untuk berjalan kearah timur dimana disitu kudapati buah-buahan segar yang langsung kupetik dari tangkainya. Setelah lambung ini terasa penuh, akupun bersandar pada sebuah pohon apel. Dalam ketenangan itu hatiku mulai bertanya-tanya; siapa pemilik semua ini? Perkebunan kopi, daun teh, kelapa sawit, padi yang siap panen, sayuran yang subur dan hijau, buah-buahan ini!!!???

Pertanyaan-pertanyaan ini mendesakku untuk segera melangkahkan kaki tuk mencari jawabannya. Kutelusuri sebuah jalan kecil kearah timur.

Betapa terkejutnya aku melihat sebuah kota ditengah pulau ini, sebuah kota yang ramai dengan penduduk yang ramah. Para perempuannya banyak yang menggunakan jalabiah (jilbab besar) dan ada pula yang mengenakan cadar. Para laki-laki banyak yang mengenakan jubah dan ada pula yang mengenakan surban dikepalanya. Mungkin itu adalah pakaian kebanggaan penduduk dipulau ini.

Tak lama berselang, sekelompok orang menghampiriku, ternyata mereka adalah para pengabdi masyarakat yang bertugas untuk menjaga keamanan kota dan pulau tersebut. Mereka dikenal dengan sebutan Laskar Hijau-Hitam.

Dengan ramahnya Laskar Hijau-Hitam tersebut menyapaku dan menanyakan asal-usulku. Ternyata mereka memperhatikan penampilanku yang menggunakan baju kaos hitam dan celana jeans. Setelah bercerita panjang lebar, akhirnya mereka memberiku sebuah jubah putih. Mereka memintaku untuk mengenakan jubah tersebut dan aku dibebaskan untuk mengunjungi semua tempat yang ada di pulau Tamalanrea ini dengan tetap memperhatikan dan mematuhi tradisi yang ada di pulau ini. Sejak inilah aku menyadari bahwa ternyata nama pulau ini adalah Pulau Tamalanrea.

Melihat seisi kota ini aku teringat dengan kota termegah didunia pada abad ke-8, yaitu kota Bagdad. Sebuah kota kosmopolitan yang besar dan berpenduduk dua juta orang dari berbagai bangsa. Kota yang dipenuhi gedung-gedung, masjid-masjid yang indah, serta istana yang besar dan megah.

Setelah berkeliling kota, aku mencoba memasuki sebuah gedung yang dikenal sebagai Perpustakaan Insan Mutamaddin. Insan mutamaddin adalah insan atau masyarakat yang berperadaban tinggi, dimana pada tingkat suprastruktur, terbangun bangunan tauhid yang kokoh di batin segenap anggota masyarakat yang tak bisa dihentikan oleh bergantinya tempat dan waktu. Pada tingkat kultur, ia juga meniscayakan adanya kondisi masyarakat yang mempunyai ketinggian dan kemerataan tingkat keilmuan (literate society), kompetensi dan kapasitas, serta inisiatif dan partisipasi baik di bidang ekonomi, politik, maupun kebudayaan. Dan pada tingkat struktur, tercapainya sebuah sistem, struktur, dan performa kenegaraan yang memenuhi hak-hak masyarakat yang bisaanya selalu menjadi pihak yang dikalahkan dan dilemahkan.

Didalam perpustakaan ini kudapati ribuah buku tertata rapi dan telah diklasifikasikan, mulai dari buku teologi, sosial, politik, budaya, seni, pendidikan, sampai buku-buku filsafat yang dikarang oleh tokoh-tokoh filsafat Islam maupun Barat.

Didalam perpustakaan ini pula aku menemukan polymath. Polymath adalah orang-orang jenius yang mampu menguasai beberapa bidang ilmu yang berbeda sekaligus. Dalam dunia islam kita mengenal Al-Khawarizmi yang menguasai ilmu Matematika (Algoritme, Aljabar, Kalkulus), Astronomi, dan Geografi; Al-Kindi yang menguasai Filsafat, Matematika, Kedokteran, Fisika, Astronomi, Optik dan Metalurgi; Al-Farabi yang menguasai Ilmu Sosial, Logika, Filsafat, Ilmu Politik, dan ahli musik; Al-Razi yang menguasai Kedokteran, Ilmu Kimia, Astronomi; Al-Biruni yang menguasai Astronomi dan Matematika; Ibn Sina yang menguasai Kedokteran, Filsafat, Matematika, Astronomi; Al-Ghazali yang menguasai Sosiologi, Teologi dan Filsafat; Ibn Rusyd yang menguasai Filsafat, Teologi, Ilmu Hukum, Kedokteran dan Astronomi. Abn Khaldun yang menguasai Filsafat Sejarah, Sosiologi dan Ilmu Politik. Adapun polymath terkenal lainnya seperti Leonardo da Vinci, Isaac Newton, Adam Smith, Thomas Alfa Edison, Benjamin Franklin, Thomas Jefferson (presiden ke-3 Amerika), Winston Churchill (PM Inggris), dll.

Bukan hanya ribuan buku dan polymath yang aku temukan di Perpustakaan Insan Mutamaddin ini. Perpustaakaan ini juga dilengkapi sebuah ruang seminar dan laboratorium dengan peralatan yang cukup canggih.

Setelah mengelilingi Perpustakaan Insan Mutamaddin, aku mengunjungi sebuah Rumah Sakit yang bernama RS. Ulul Albab. Dalam Rumah Sakit ini, pasien dilayani oleh dokter-dokter ahli dengan metode kedokteran yang saintifik. Mereka ditempatkan dalam ruangan yang bersih dan nyaman. Para pasien yang masuk tidak perlu membayar apapun. Pemeriksaan dokter, obat, atau penginapan semua diberikan secara gratis. Ruangan-ruangan yang ada dipisahkan secara khusus berdasarkan penyakit. Ada ruang untuk penderita Hepatitis, penyakit Maag, ada ruang operasi, dan ada pula ruang untuk merawat yang sedang mengalami gangguan jiwa. Rumah Sakit ini dikengkapi pula perpustakaan yang berisi buku-buku kedokteran.

Setelah puas melihat-lihat isi rumah sakit, aku mengunjungi Istana Tamadduni di pusat kota. Istilah tamaddun lahir dari rahim intelektual muslim abad pertengahan. Tamaddun berasal dari akar kata yang sama dengan madany, madiinah, atau madaniyyah, yakni ma-da-na, yang semua mempunyai arti “kota” atau “peradaban”. Kata madany kemudian mengalami penambahan ta’ di awal dan tasydiid pada ”dal” untuk menguatkan (mubaalaghah) bahwa peradaban yang dimaksud dengan masyarakat tamadduni merupakan peradaban tinggi yang diperoleh melalui suatu proses panjang, penuh dengan dinamika perjuangan, dan terdapat pergulatan nilai-nilai baik kebudayaan maupun keagamaan.

Di istana ini, aku dilayani selayaknya tamu istimewa. Setelah dihidangkan minuman dan makanan lengkap dengan buah-buahan, aku pun diajak kesebuah ruang pertemuan. Didalam ruangan itu aku berkenalan dengan Pemimpin Umum Istana, Keluarga Istana, Penasehat Istana, para Pimpinan Laskar Hijau-Hitam dan para Menteri Istana. Mereka semua ternyata orang yang memiliki kemampuan untuk memproduksi ide dan gagasan. Mereka memiliki kemampuan untuk menjadi creative minority dari pada menjadi pemimpin massa. Mereka adalah Intelektual-Akademisi yang bervisi sosial profetis yang cerdas secara akademik, bervisi profetis dan bernafaskan Islam serta memiliki visi kepedulian sosial yang tinggi dan kemampuan praksis pembelaan kaum lemah dan terpinggirkan. Selain itu, mereka juga memiliki Jiwa Enterpreneurship, sehingga memiliki kemampuan ‘kewirausahaan’ dalam bentuk keahlian praktis seperti kreativitas, kemandirian, teknik komunikasi seperti loby, membangun networking, negosiasi dan lain sebagainya.

Setelah berkenalan, kami pun berdiskusi seputar rekayasa peradaban dan terkadang kami pun mendiskusikan tentang pemikiran tokoh-tokoh filsafat, mulai dari yang tradisionalis sampai posmodernis.

Setelah puas berdiskusi, raja meminta salah seorang pelayan istana untuk mengantarku kesebuah ruang untuk istirahat. Dengan mengucapkan salam, akupun mengikuti pelayan tersebut. Melihat kamar tidur istana yang indah dan nyaman membuat aku ingin segera melepaskan lelah di atasnya.

Suara azan subuh membangunkanku dari lelap tidur. Aku merasakan ada yang aneh, tempat tidur yang kugunakan terasa padat dan keras, bantal yang kugunakan pun terasa tipis, tanpa guling. Aku baru sadar, ternyata inilah tempat tidurku yang sesungguhnya. Pulau Tamalanrea hanyalah mimpi.

Setelah menunaikan shalat subuh, aku berdoa semoga mimpi yang aku alami dapat terulang kembali. Dalam harapanku yang terdalam, aku mendambakan mimpi yang baru saja aku alami tidak hanya sebatas mimpi belaka, namun bisa aku realisasikan dalam kehidupan yang nyata. Amin…

Al-Hikmah Com., 31 Januari 2007

0 Komentar:

UANG ADALAH SEGALANYA

Uang memang bukan penentu segalanya, tapi uang menentukan banyak hal. Uang memang tidak dapat digunakan untuk membeli kebahagiaan, tetapi uang bisa menjadi kendaraan untuk memperoleh kebahagiaan. Dalam kehidupan materil—kehidupan duniawi—uang adalah segalanya. Bagiku, hampir 95% aspek kehidupan manusia ditentukan oleh uang.

Kita memang dituntut untuk dapat menyeimbangkan antara sesuatu yang duniawi dengan sesuatu yang ilahiah. Pada diri manusia melekat sesuatu yang bersifat duniawi dan ilahiah, tubuh manusia adalah sesuatu yang bersifat duniawi dan roh adalah sesuatu yang bersifat ilahiah. Tubuh memiliki kecenderungan untuk “membumi” dan roh memiliki kecenderungan untuk “melangit”. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana manusia menyeimbangkan dua kutup yang berbeda ini (duniawi dan ilahiah)?

Pertanyaan diatas akan menjebak kita pada oposisi biner—karena memang manusia tidak bisa lepas dari konsep oposisi. Ketika kita berbicara sesuatu yang duniawi maka—sadar atau tidak—kita akan menghadapkannya atau membandingkannya dengan sesuatu yang ilahiah, begitu pula sebaliknya, ketika kita berbicara sesuatu yang bersifat ilahiah, maka kita akan menghadapkannya dengan sesuatu yang duniawi. Inilah yang menyebabkan manusia terkadang mengalami dualisme/keterpecahan subyek dalam mengarungi kehidupannya. Karena manusia berada dalam dunia materil, maka sifat-sifat duniawilah yang cenderung mendominasi manusia, bahkan paradigma (cara pandang melihat realitas) yang digunakan pun dibentuk oleh sesuatu yang duniawi. Dimanakah ruang untuk sesuatu yang ilahiah? Jawabannya ada dalam kesunyian dan kesendirian. Dalam kesunyianlah sesuatu yang ilahiah dapat membumi dan dalam kesendirianlah kita mampu melangit dan bercumbu dengan sesuatu yang ilahiah.

Sekarang, seberapa besarkah ruang kesunyian dan kesendiran bila dibandingkan dengan ruang keramaian yang bising dan massif? Ternyata ruang kesunyian dan kesendirian sangatlah kecil, ia hanya dapat ditemukan di sudut-sudut keramaian—masjid yang hening, kamar pribadi yang hening, ditengah hutan.

Rasa pesimispun muncul melihat realitas semacam ini. Mampukah aku menyeimbangkan antara yang duniawi dan yang ilahiah! Bayangkan saja, dari waktu sehari semalam, ruang kesunyian dan kesendirian hanya berada pada sepertiga malam, dan sisanya dikuasai oleh keramaian dan kesibukan. Jadi tidak salah kalau aku mengatakan bahwa uang menentukan banyak hal. Dalam kehidupan duniawi, uang adalah segalanya. Yang ilahiah hanya berada di sudut-sudut yang duniawi. [Hzr]

Al Hikmah Com., 29 Januari 2006

0 Komentar:

Wednesday, January 24, 2007

BESOK PERGI KE SINJAI

Besok pagi aku akan pergi ke Sinjai, ada sepupuku yang akan menikah. Sebenarnya aku agak malas untuk pergi karena kondisi keuanganku saat ini lagi paceklik. Tapi apa boleh buat, sambil menagih janji yang pernah aku ucapkan, seorang akhwat Wahdah yang juga sepupuku mendesakku untuk datang ke Sinjai. Aku tidak bisa mengelak karena hampir setiap hari dia menghubungiku dan mengingatkanku akan janjiku dulu. "Iya...dinda, I. 4JJI aku akan datang", begitulah kalimat SMS yang aku kirim padanya untuk meredam laju SMS yang dia kirim padaku.

Pondok Restu, 24 Januari 2007

0 Komentar:

CUTI KULIAH

Konferensi HMI Cabang Makassar ke-40 akan memberikan kepastian padaku apakah HMI Cabang Tamalanrea akan terbentuk atau tidak. Saat ini aku hanya mampu meraba-raba, namun keyakinanku cukup kuat bahwa HMI Cabang Tamalanrea akan terbentuk. Semester ini aku mengambil keputusan untuk cuti kuliah agar aku bisa konsentrasi mengawal HMI Cabang Tamalanrea ditahun pertama yang tentunya sangat membutuhkan energi yang besar. Keputusan ini terdengar bodoh, namun inilah pilihan hidupku—seperti yang pernah aku katakan pada seorang sahabat, bahwa hidupku telah kuberikan untuk HMI.

Kalau Cabang Tamalanrea gagal terbentuk, aku akan konsentrasi bekerja dan aku tidak mau duduk di struktur cabang lagi. Dan ini juga persoalan pilihan hidupku. Titik!!!

Pondok Restu, 24 Januari 2007

0 Komentar:

AKU HANYA MAMPU MENCURI BAYANGANMU

Entah kenapa—mungkin aku yang terlalu merasa—hingga saat ini aku masih terbayang oleh sebuah pertanyaan yang dilontarkan seorang sahabat padaku via SMS, “Jika Hr Ini adlh Hri MENCURI SEDUNIA, apa yang akan anda curi dariku!??:)

Waktu itu aku menjawabnya hanya dengan 2 kata, “Hanya bayanganmu“. Tak lama berselang sebuah SMS kembali masuk keponselku dengan sebuah kalimat, “WADUH SITU PENCINTA PNAMPAKAN YAH HEHEHE, UKH TAKUT“. Aku membalas SMS ini dengan kalimat “Aq hax mampu mencuri bayanganmu, krn tanganku terlalu kotor untuk meraih sesuatu yang suci darimu“.

Setelah itu aku tidak pernah dihubungi lagi olehnya. Dan setelah kejadian itu pula, banyak tanda tanya yang berhamburan dikepalaku. Ya Allah... jagalah hambamu ini dari penyakit hati!!!

Pondok Restu, 24 Januari 2007

0 Komentar:

DUNIA INI SEMPIT

Malam ini hujan turun cukup deras, menemani sepiku disudut sebuah kamar kecil dalam sebuah pondok yang cukup sederhana. Dalam kesendirian, hayalanku melayang dan terbang tak tentu arah. Dalam hayalan inilah aku dapat merasakan bahwa ternyata dunia luas.

Namun setelah hayalanku kembali dalam ratapan, aku mendapati diriku dalam sebuah dunia yang begitu sempit, tidak seperti yang aku temukan dalam hayalan. Dunia ini sangatlah keras dan kejam. Mungkin tinggal kata sabar yang mampu menentramkan jiwaku.

Pondok Restu, 23 Januari 2007

0 Komentar:

TERINGAT TENTANG AYAHKU

Ceramah ta’ziah dirumah seorang teman, membuatku menangis malam ini. Ceramah itu menyejukkan jiwaku yang kering, serta menghentak ingatanku pada ayahku yang telah meninggal dunia 18 September 2006 yang lalu. Aku kembali terbayang oleh tubuh yang kecil, namun kuat mencari nafkah buat keluarganya. Aku teringat bagaimana kami berkeringat dan keletihan saat membuka lahan baru untuk ditanami sayur-sayuran. Aku teringat bagaimana dia memijatku saat aku sakit, aku teringat bagaimana aku menuntunya kekamar mandi karena kaki kanannya lumpuh akibat struk, aku teringat bagaimana aku menyuapinya saat makan karena tangan kanannya tak mampu digerakkan lagi, aku teringat senyum yang terpancarkan dari wajah tuanya yang tak bernyawa lagi, aku teringat bagaimana aku memandikan jenazahnya, aku teringat bagaimana aku mengkafani jenzahnya, aku teringat bagaimana aku terduduk lemas saat aku melihat jenazahnya dimasukkan kedalam kubur.

Aku teringat semuanya, setelah beberapa bulan ini aku melupakannya, aku larut dalam keseharianku sendiri. Malam ini untukmu, malam ini aku mengenangmu. Malam ini aku ingin menangis sepuasnya.

Pondok Restu, 22 Januari 2007

0 Komentar:

Monday, January 22, 2007

HATI-HATI KOMUNIKASI VIA SMS

Sudah satu minggu ini aku kehilangan selera makan dan tidak nyenyak tidur. Hal ini terjadi akibat masalah pribadiku dengan seorang akhwat yang berdampak pada hubunganku dengan adiknya. Parahnya masalah ini berdampak pula pada lembaga kami. Makian, sindiran, bahkan tangisan via SMS dan telpon pun tidak dapat dihindari.

Bahasa SMS terkadang menyesatkan. Hal ini menjadi wajar karena banyak aspek-aspek kemanusiaan yang tidak dilibatkan dalam bahasa SMS. Dengan berkomunikasi secara langsung saja banyak aspek yang terabaikan, apalagi berkomunikasi via SMS. Komunikasi via SMS lebih berpotensi menimbulkan kesalahpahaman dan konflik dari pada komunikasi secara langsung.

Dengan berkomunikasi secara langsung, kita tidak hanya menggunakan bahasa verbal (bahasa lisan) namun juga menggunakan bahasa non verbal (bahasa tubuh). Aspek-aspek seperti ekspresi yang mewakili perasaan/jiwa tidak mampu diwakili oleh bahasa SMS. Saat kita main SMS, aspek ekspresi dari lawan bicara hanya menjadi bayangan yang diciptakan oleh imajinasi kita sendiri. Kita hanya mampu mereka-reka ekspresi dari lawan bicara. Ekspresi lawan bicara kita saja hanya mampu kita reka-reka, sekarang bagaimana kita mereka-reka perasaan atau suasana hati lawan bicara!!!

Komunikasi via SMS akan berjalan baik jika kedua pihak sama-sama dalam kondisi baik pula. Namun jika salah satunya berada dalam kondisi yang kurang baik, biasanya pesan yang ingin disampaikan dalam komunikasi via SMS terkadang sering salah sasaran akibat salah memaknai bahasa SMS. Kondisi hati dan latar belakang ideologi sangat mempengaruhi bagaimana sebuah teks (bahasa SMS) ditafsirkan.

Matinya sang pengarang. Ketika seorang pengarang (penulis) melahirkan sebuah karya (teks) maka ada sebuah makna yang coba ditanamkan oleh sang pengarang kedalam teks tersebut. Namun setelah teks tersebut dibaca oleh halayak umum, maka sang pembaca pun akan memiliki pemaknaan tersendiri terhadap teks tersebut. Pada saat inilah teks tidak lagi bermakna tunggal (makna sang pengarang), namun telah menjadi multi-makna (matinya sang pengarang dan lahirnya penafsir-penafsir atau pemakna-pemakna baru).

Fenomena seperti inilah yang aku alami, dimana pesan yang aku kirimkan via SMS telah salah dimaknai oleh orang yang aku tuju, ditambah lagi dengan kondisi psikologis orang yang aku tuju kurang baik sehingga pesan yang aku kirim pun ditanggapi secara emosional. Aku pun yang menerima balasan SMS darinya yang cukup pedas ikut terbawa emosi

Sebenarnya dalam Al-Qur’an ada ajaran tentang prinsip-prinsip dasar berkomunikasi, namun terkadang kita melalaikannya. Pertama, Qaulan Sadidan: mengucapkan perkataan-perkataan yang benar (An Nisaa’/4 : 9 dan Al Ahzab/33 : 70), kedua Qaulan Balighan: mengucapkan perkataan yang berbekas pada jiwa (An Nisaa’/4 : 63), ketiga Qaulan Maysuran: mengucapkan perkataan-perkataan yang tidak menyinggung (Al Israa’/17 : 28), keempat Qaulan Layyinan: mengucapkan kata-kata yang lemah lembut (Thaahaa/20 : 44), kelima Qaulan Kariman: mengucapkan perkataan yang mulia (Al Israa’/17 : 23), dan keenam Qaulan Ma’rufan: mengucapkan kata-kata yang baik (An Nisaa’/4 : 5).

Prinsip-prinsip dasar berkomunikasi ini menjadi penting bagi kita yang berada dalam sebuah komunitas yang sama dan juga memiliki tugas yang sama untuk men-da’wah-kan Islam.

Aku sangat menyadari kesalahanku telah menyakiti perasaannya. Aku hanya berharap masalah yang terjadi antara aku dan dia bisa menjadi bahan refleksi agar tidak terjebak lagi dalam persoalan yang sama dan berhati-hati dalam berkomunikasi.

Pondok Restu, 22 Januari 2007

0 Komentar:

PESAN SAHABAT DI HARI ULANG TAHUNKU

Senin, 15 Januari 2007. Hari ini aku ulang tahun dan ini menandakan bahwa umurku sudah semakin tua, 24 tahun. Tahun ini aku mendapatkan banyak sekali ucapan selamat ulang tahun dari orang-orang terdekatku, namun yang memberikan ucapan via SMS hanya 4 orang. Ini bunyi SMS dari mereka…

Trut bduka cita atas bkurang usiata kanda. Smoga tmbh dwasa mxikapi stap pmslahan, yg kbrapami inie, TRAKTIRXMO D TNGGU (Pengirim:Syamsiar; Dikirim 11 Januari 2007 09:17:12).

......(Pengirim:Rospiah; Dikirim 11 Januari 2007) [maaf yah!!! SMS yang satu ini terhapus tanpa sengaja sebelum aku mengabadikannya dalam tulisan ini]

Slamat Ulang Tahun ya..Krn Hidup Hax Skali Psembahknlah Yg Terindah Tuk Yg Maha Bbuat Baiklah Disetiap Waktu Smg Diusiamu Kini Smakin Bijak Mnjalani Hdup Kebahagiaan Rahmat Kasih Sayang & Ampunan-Nya Slalu Bersamamu (Pengirim:Irmawati; Dikirim 15 Januari 2007 06:25:03)

Aslm, aga kreba? ..ufs,mski d tlat prknnx aq 4ucpx met ultah akhi... Smg usia yg br+ n umur yg smkn br- mjdx qt mkn bjk dlm brsikap! (Pengirim:Nurdiyah; Dikirim 15 Januari 2007 15:08:12).

Dari ke empat SMS ini, ada satu buah pesan mendalam yang menjadi renunganku. Semua SMS yang aku terima mengingatkan aku untuk bisa semakin dewasa dan bijak dalam bersikap.

Setelah aku renungkan baik-baik, ternyata hal inilah yang memang masih kurang pada diriku. Terkadang aku cenderung emosional dan kekanak-kanakan dalam menyikapi suatu persoalan. Sikap seperti inilah yang terkadang menjebakku dalam sebuah persoalan baru yang lebih pelik dan menyakitkan.

Trimakasih teman atas semua pesanmu. Mulai sekarang aku akan menjadi orang yang lebih bijak dan dewasa dalam bersikap. Teman...jangan pernah bosan untuk mengingatkanku dikala aku lupa dan meyadarkanku dikala aku lalai.

Pondok Restu, 15 Januari 2007

0 Komentar:

Thursday, January 18, 2007

CATATAN AKHIR TAHUN

Pada akhir desember 2006 ini aku mencoba membuka dan merangkai kembali seluruh memori perjalanan hidup yang pernah aku lewati. Semua ini sengaja aku rangkai dalam sebuah catatan akhir tahun dengan maksud agar aku bisa membacanya setiap saat ketika aku ingin mengenang kembali masa lalu. Sepahit apapun masa laluku, tetaplah ia menjadi pelajaran yang sangat berharga bagiku, ia adalah harta yang tak ternilai harganya, karena kenanganku hanyalah milikku, dan tidak seorang pun yang menyamai kenangan yang aku miliki.

Tentang keluargaku
Tahun 2006 adalah tahun yang penuh cobaan bagiku, mulai dari persoalan keluarga sampai pada persoalan cinta. Orientasi hidupku banyak berubah pada tahun ini, terutama semenjak ayahku meninggal dunia beberapa bulan yang lalu (18 September 2006). Aku harus mulai bisa menafkahi diriku sendiri tanpa harus tergantung lagi dengan orang tua. Disatu sisi kondisi ini membuatku lebih merdeka untuk menentukan masa depanku sendiri, namun disisi lain tekanan hidupku terasa lebih keras, karena pada dasarnya aku belum bisa mandiri secara ekonomi. Kalau hanya sekedar untuk bekerja untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya mungkin beban hidupku akan terasa ringan. Namun kenyataannya aku juga harus mengurus organisasi dan juga aku harus kuliah. Aku bukanlah orang yang bisa membagi waktu dengan adil, jadi tidak heran kalau kuliahku berantakan karena jarang masuk kuliah dan jarang ngumpul tugas. Keuanganku juga semakin menipis karena jarang turun kerja.

Sebenarnya, bukan karena ibuku tidak sanggup lagi untuk mengirimi aku uang tiap bulan, tapi ini memang pilihan sadarku sendiri, aku sendiri yang meminta kepada ibuku untuk tidak mengirimi aku uang lagi. Aku harus buktikan pada diriku sendiri kalau aku bisa hidup mandiri di Makssar tanpa subsidi dari orang tua. Sebagai anak pertama dari empat bersaudara, aku harus bisa mengerti kesusahan ibuku yang harus berjualan di kantin salah satu SMU Negeri di Kota Balikpapan. Pekerjaan itulah satu-satunya yang bisa dilakukan ibuku untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari.

Aku masih memiliki satu orang adik perempuan yang masih duduk dikelas 6 SD (yang tidak lama lagi akan masuk SMP, Insya Allah). Mudah-mudahan saja biaya untuk masuk SMP tahun 2007 nanti tidak terlalu tinggi. Aku juga memiliki dua adik laki-laki, yang pertama umurnya hanya selisih satu tahun empat bulan dari aku. Dia sudah bekerja di salah satu perusahaan air minum di Kota Balikpapan, walaupun begitu gaji yang dia terima per bulanya relatif rendah jika harus dibandingkan dengan biaya hidup yang tinggi di Balikpapan. Dan yang kedua umurnya 19 tahun, sampai saat ini dia masih jadi pengangguran. Adikku yang satu ini agak hedonis, maklumlah dia itu anak band yang sangat suka keramaian dan berkumpul dengan teman-teman gang-nya. Walau pun sikap adikku yang suka hura-hura tapi dia bukanlah laki-laki perokok apalagi peminum.

Sebagai anak tertua, sebenarnya aku punyai tanggung jawab yang besar untuk menjaga keluargaku. Walaupun saat ini aku ada di Makassar, jauh dari keluarga, tapi aku akan terus berusaha agar aku bisa mandiri secara ekonomi di Makassar sehingga bisa memenuhi kebutuhan hidup keluargaku.

Masalah Kuliahku
Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya bahwa kuliahku saat ini lagi hancur-hancurnya. Sebenarnya sudah banyak sahabat yang selalu menginghatkanku untuk rajin kuliah, bahkan ada sahabat yang pernah mendesakku untuk bisa mendapatkan IP minimal 3,0 dan kalau aku gagal maka dia akan menghukumku dengan tidak pernah menegurku lagi ( dan aku paling tidak tahan kalau di diami oleh orang-orang yang aku sayangi). Tapi kenyataannya kuliahku tetap berantakan.

Teman-temanku dikampus mengenalku sebagai anak yang pintar dan cerdas, tapi sayang aku jarang sekali masuk kuliah dan jarang mengerjakan tugas, makanya nilaiku tidak pernah bagus. Ditambah lagi aku jarang mengikuti praktikum mata kuliah yang membuat nilaiku semakin hancur. Jadi tidak heran kalau nilaiku yang keluar selalu error.

Aku mencoba merenungkan kenapa kuliahku bisa hancur seperti itu, dan aku dapatkan jawabannya. Jawabannya sederhana; aku tidak sehati dengan jurusan yang aku pilih, aku tidak bisa sehati dengan kondisi pekuliahan di Kehutanan. Jadi salah besar kalau ada orang yang mengatakan kalau kuliahku hancur karena terlalu banyak berorganisasi. Justru bagiku, organisasilah yang semakin membuat aku semakin cerdas dan memiliki kapasitas intelektual dan kemampuan retorika yang tidak dimiliki oleh sebagian besar mahasiswa. Kan lucu kalau ada yang ngaku mahasiswa tapi masih keringatan dan bicaranya belepotan kalau lagi melakukan persentase makalah di depan kelas.

Rencananya tahun 2007 nanti aku ingin hengkang ke Universitas lain. Sebenarnya aku ingin tetap kuliah di Unhas dengan cara pindah jurusan lain (ekstensi sastra Inggris), tapi kendalanya biaya kuliah di ekstensi sangatlah mahal, aku tidak akan mampu memenuhi kebutuhan biaya kuliahku sendiri. Akhirnya aku memutuskan untuk pindah Universitas, itupun kalau Ibuku menyetujuinya. Tapi aku rasa ibuku akan menyerahkan semua pilihan hidupku pada diriku sendiri, walaupu aku tau ibuku pasti akan kecewa jika aku tidak kuliah di Unhas lagi.

Masalah Pekerjaan
Aku tidak akan bisa berkembang kalau hanya mengandalkan kerja sebagai operator komputer di Al Hikmah Com., aku harus membuka usaha sendiri. Sebenarnya penghasilan yang bisa aku dapatkan sebagai operator komputer di Al Hikmah Com. cukup banyak, namun karena aktifitas organisasiku yang cukup padat membuat aku jarang kerja, alhasil tidak ada pemasukan yang aku dapatkan. Aku pernah mencoba untuk aktif bekerja, hasilnya banyak sekali uang yang aku dapatkan, tapi hal itu justru membuat urusan organisasiku menjadi terbengkalai. Sebaliknya, saat aku mencoba kembali mengaktifkan diri di organisasi, maka pekerjaanku menjadi terbengkalai. Aku pun harus lebih mementingkan organisasiku karena bagaimana pun juga aku sudah menjadi salah satu petinggi dan tokoh di organiasasi tersebut.

Aku berharap teman-teman seperjuanganku di organisasi bisa mengerti keadaanku dan bisa lebih serius membantuku menjalnkan kerja-kerja ke-organisasi-an. Cuma mereka yang bisa aku andalkan.

Masalah Organisasi
Satu hal yang sangat aku harapkan sejak dulu dalam menjalankan sebuah organisasi, yaitu profesionalisme dalam berlembaga. Masalah profesionalisme inilah yang sampai saat ini belum bisa terwujud dengan baik diorganisasiku, sehingga yang terjadi adalah tumpang tindih pekerjaan. Pekerjaan yang seharusnya bisa dikerjakan secara professional oleh masing-masing pengurus sesuai tugasnya masing-masing justru harus dikerjakan langsung oleh ketua umum. Kalau saja semua pengurus dapat bekerja dengan professional, mungkin bebanku tidak terlalu berat, sehingga aku juga bisa membagi waktuku dengan baik.

Terkadang aku ingin berteriak dan memaki semua pengurusku sebagai orang-orang yang kejam, yang tidak bisa mengerti beban hidupku, namun itu hanya bisa aku pendam dalam hati. Aku sudah berupaya untuk memahami semua keinginan pengurusku tapi entah kenapa masih ada saja pengurus yang tidak tau diri. Aku paling tidak suka dengan pengurus yang manja, yang kerjanya terlalu banyak mengeluh tanpa sebelumnya ada usaha nyata yang dia lakukan. Yang aku harapkan adalah pengurus yang memiliki kemandirian secara individu, sehingga tidak menggantungkan dirinya dan tanggungjawab keorganisasiannya pada pengurus yang lain. Untunglah masih ada pengurusku yang setia mendampingiku melakukan kerja-kerja keorganisasian. Semoga Allah membalas pengorbanan dan kesetiaan kalian dengan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Masalah Persahabatan
Aku sudah sering kali merasa dikhianati oleh seorang sahabat. Dan yang paling menyakitkan adalah dikhianati oleh teman seperjuangan. Pengalaman pahit dikhianati seorang sahabat mebuatku sangat selektif dan berhati-hati dalam memilih sahabat, terlebih dalam memilih teman seperjuangan. Aku hanya bisa bersahabat dengan orang yang mandiri secara individu yang tidak mudah mengeluh dan tidak pula menggantungkan hidupnya pada orang lain. Aku ingin tercipta sebuah persahabatan yang saling ketergantungan (karena kita tidak akan mungkin hidup sendiri). Dengan demikian tidak akan ada yang merasa dirugikan.

Masalah Cinta
Secara teoritis mungkin aku bisa memahami mana yang dikatakan cinta dan mana yang dikatakan simpati. Namun dalam kenyataannya aku sendiri susah sekali membedakannya. Saat aku menyukai seorang perempuan, aku tidak tahu apakah itu cinta, simpati ataukah itu sebuah nafsu. Namun selama rasa suka itu tidak melibatkan syahwat, aku yakin itu bukanlah nafsu, sehingga pilihannya adalah hanya diantara cinta atau simpati.

Selama hidupku, aku sudah memiliki pengalaman dalam persoalan cinta, mulai dari mengungkapkan perasaan cinta pada seorang gadis, pacaran, kemudian putus, jatuh cinta lagi, ditolak, kemudian jatuh cinta lagi dan jatuh cinta lagi. Kalau mengingat semua perjalanan itu, terkadang aku merasa jadi lelaki bodoh sedunia.

Tapi justru pengalaman itulah yang memberiku banyak pelajaran bagaimana mencintai dan menghormati perempuan, dan bagaimana caranya menjaga hati. Aku sadari bahwa hingga saat inipun aku tidak mampu melepaskan diri dari kecenderungan untuk menyukai dan mencintai orang lain. Pergolakan jiwa pun tak mampu aku hindari, sebuah pergolakan jiwa untuk bisa menjaga perasaan cinta agar tetap suci dan terjaga dari nafsu. Sungguh, pertarungan antara cinta dan nafsu sangatlah berat, dan hal itu sangatlah menguras energi dan pikiranku.

Untuk saat ini didalam hatiku bersemayang seorang gadis yang aku beri nama “Gadis Salju”. Sebenarnya aku pun masih bingung, apakah perasaanku padanya adalah sebentuk cinta ataukah hanya sebatas simpati. Aku sengaja memberinya nama Gadis Salju karena untuk saat ini aku tidak ingin dia mengetahui kalau aku punya perasaan khusus padanya.

Aku tidak ingin menodai perasaan yang aku miliki terhadapnya. Aku sangat sadar bahwa batas antara cinta dan nafsu sangatlah tipis, bahkan terkadang sulit untuk dibedakan. Aku tidak ingin perasaan ini terjerumus dalam lembah nafsu. Disatu sisi aku tidak bisa menghindar dari kecenderunganku untuk mencintai, namun disisi lain aku pun harus menjaga rasa cinta itu agar tidak terjerumus dalam lembah nafsu. Sungguh aku ingin mencintainya karena Allah semata.

Suatu ketika seorang sahabat perempuan pernah mendesakku untuk memberitahukan siapa si Gadis Salju, namun aku tetap berkeras untuk merahasiakannya. Mungkin dia sedikit kecewa, tapi itulah yang aku rasa sikap terbaik yang harus aku lakukan saat ini. Aku merasa belum waktunya untuk mengungkapkan siapa sebenarnya Gadis Salju. Aku belum sanggup mengatakan bahwa sebenarnya dialah si Gadis Salju itu.

Waktu itu aku hanya berkata kepadanya bahwa belum waktunya untuk mengungkap siapa si Gadis Salju. Biarlah waktu yang akan menjawabnya. Kalaupun dia bisa merasakan siapa sebenarnya Gadis Salju, aku berharap dia mampu menyikapinya dengan wajar dan dewasa.
Saat ini aku selalu berusaha untuk menempatkan dirinya hanya sebatas seorang sahabat, sama dengan sahabat-sahabatku yang lain. Mungkin dengan cara ini, perasaan cinta ini bisa terjaga, hingga tiba waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya. Aku tidak ingin mencintainya secara berlebihan, karena itu petanda bahwa nafsu mulai bereaksi.

Aku pun mencoba untuk menghilangkan rasa takut kehilangan, karena bagiku cinta bukanlah sebuah pemilikan, namun sebuah ke-menjadi-an. Masa depan adalah hamparan kemungkinan-kemungkinan. Jadi, kalau pun si Gadis Salju bukan lah jodohku, aku yakin Allah akan memberikan Gadis Salju lain yang lebih baik. Amin…!!!

Pondok Restu, 30 Desember 2006

0 Komentar: