..:Hamzarblog:..

Hidup atau mengada secara sungguh-sungguh berarti berjuang, dengan keringat dan darah, dan bukan hanya sekedar hidup [KIERKEGAARD]”; Bahasa adalah “sangkar ada”. Kenyataan tidak tinggal di luar melainkan bersemayam dalam bahasa “[HEIDEGGER]”; Hidup adalah insting atas pertumbuhan, kekekalan dan pertambahan kuasa. Hidup adalah kehendak untuk penguasaan. Hidup bukan sebagai proses biologis, melainkan sebagai suatu yang mengalir, meretas, dan tidak tunduk pada apapun yang mematikan gerak hidup “[NIETZSCHE]”; Keberadaan diri pada kenyataannya tergantung atas tindakan, pengharapan dan hasrat. Manusia yang tidak mempunyai tiga hal tersebut, hidupnya hampa. Keberadaan kita bergantung pada adanya hasrat-hasrat dan tindakan-tindakan. Ketiadaan dari hal-hal tersebut membuat hidup kita lesu dan hampa “[MUH. IQBAL]

Tuesday, March 13, 2007

Cinta dan Kebijaksanaan

Selama ini aku sering mendengarkan para guru, dosen, dan para ulama mengajarkan tentang arti sebuah kebijaksanaan dan bagaimana cara menjadi orang yang bijaksana, menjadi pemimpin yang bijaksana, dan menjadi bijaksana-bijaksana yang lain. Aku pun pernah mencoba untuk menerapkan apa-apa yang diajarkan oleh para guru, dosen dan ulama tentang kebijaksanaan, dan hasilnya aku gagal. Menghadapi kenyataan hidup tidak semudah apa yang diucapkan. Bahkan aku sendiri menyaksikan, sebagian besar guru, dosen, dan ulama yang mengungkapkan dan mengajarkan kebijaksanaan dalam ceramah-ceramah dan khutbah-khutbah, justru memperlihatkan kebiasaan-kebiasaan ataupun sikap-sikap yang bagiku jauh dari apa yang mereka ajarkan tentang kebijaksanaan.

Herman Hesse pernah mengatakan bahwa “pengetahuan dapat diungkapkan, tapi tidak kebijaksanaan . Seseorang dapat menemukannya, dapat hidup didalamnya, seseorang dapat selaras dengannya, seseorang dapat melakukan keajaiban dengannya, tapi seseorang tidak dapat mengungkapkan dan mengajarkannya”.

Kebijaksanaan adalah sesuatu yang mendalam pada diri manusia dan selamanya hanya akan mampu dirasakan dan menjadi pengalaman jiwa/ruhani masing-masing individu. Mengungkapkan dan mengajarkan kebijaksanaan hanya akan mereduksi makna kebijaksanaan yang sesungguhnya. Kata-kata terlalu dangkal dan sempit untuk membahasakan kedalaman dan keluasan kebijaksanaan.

Jadi apa yang mereka (guru, dosen, ulama, dsb) ungkapkan, yang mereka sampaikan dan yang mereka ajarkan tentang kebijaksanaan hanyalah sebatas pengetahuan (rasional-empiris) mereka tentang kebijaksanaan yang dibungkus apik dengan kata-kata. Apa yang mereka ungkapkan tidak lebih dari sebuah kebohongan belaka karena apa yang mereka ungkapkan bukanlah kebijaksanaan yang sesungguhnya, bahkan mereka telah melakukan pemaksaan makna dan mereduksi makna kebijaksanaan.

Begitu pula halnya dengan cinta, ia dapat ditemukan, kita bisa hidup didalamnya, kita dapat selaras dengannya, kita dapat melakukan keajaiban dengannya, tapi kita tidak dapat mengungkapkan dan mengajarkannya.

Gede Prama pernah mengungkapkan, “Kegelapan bisa menyembunyikan gunung, sungai, pohon, dll. Akan tetapi ia tidak bisa meyembunyikan cinta”. Gede Prama juga pernah mengungkapkan, “Tidak bisa dipungkiri, cinta memang hadir menembus ruang dan waktu, sekaligus menembus kegelapan. Bila diibaratkan bunga, mungkin ia satu-satunya bunga yang mekar tanpa bantuan sang musim. Di musim apa pun, ia pasti dan selalu berbunga. Keharumannya pun menembus ruangan yang terjauh sekali pun”.

Dari apa yang diungkapkan oleh Gede Prama, kita akan semakin menyadari bahwa cinta adalah sesuatu yang sangat luar biasa, dan yang pasti kata-kata tidak akan pernah mampu menampung hakikat cinta yang sesungguhnya. Cinta yang sesungguhnya hanya mampu ditampung oleh Sang Maha, yaitu Allah.

Dengan sifat-Nya yang Maha Rahman dan Maha Rahim, manusia dianugerahi sebuah hati agar manusia mampu merasakan kedalaman dan keindahan cinta. Maka telah menjadi kemestian bagi manusia untuk memelihara dan menjaga hatinya agar senantiasa suci dan lapang, karena pada dasarnya cinta adalah sesuatu yang lapang dan suci, dan tempatkanlah cinta pada ruang yang lapang dan suci pula, yaitu pada hati yang lapang dan suci.

0 Komentar: