..:Hamzarblog:..

Hidup atau mengada secara sungguh-sungguh berarti berjuang, dengan keringat dan darah, dan bukan hanya sekedar hidup [KIERKEGAARD]”; Bahasa adalah “sangkar ada”. Kenyataan tidak tinggal di luar melainkan bersemayam dalam bahasa “[HEIDEGGER]”; Hidup adalah insting atas pertumbuhan, kekekalan dan pertambahan kuasa. Hidup adalah kehendak untuk penguasaan. Hidup bukan sebagai proses biologis, melainkan sebagai suatu yang mengalir, meretas, dan tidak tunduk pada apapun yang mematikan gerak hidup “[NIETZSCHE]”; Keberadaan diri pada kenyataannya tergantung atas tindakan, pengharapan dan hasrat. Manusia yang tidak mempunyai tiga hal tersebut, hidupnya hampa. Keberadaan kita bergantung pada adanya hasrat-hasrat dan tindakan-tindakan. Ketiadaan dari hal-hal tersebut membuat hidup kita lesu dan hampa “[MUH. IQBAL]

Saturday, October 21, 2006

JERITAN JIWA

Jum’at , 15 September 2006
Hari ini aku mendapat kabar kalau ayahku sudah dua hari tak sadarkan diri
Hatiku tersentak
Air mata ‘tak terasa mengalir deras
Mengobati sesaknya dada

Sabtu, 16 September 2006
Hari ini aku mendapat kabar ayahku masuk rumah sakit
Kembali jantungku berdetak kencang
Air mata kembali mengobati gelisah
Aku ingin pulang segera
Namun apalah daya, harga tiket pesawat terlalu tinggi untukku

Minggu, 17 September 2006
Aku berlayar sehari semalam menuju rumah
Dengan beribu tanya dan gelisah
Kupandangi lautan Makassar-Balikpapan

Senin, 18 September 2006 pukul 18.15 wita
Hari inilah ayahku menghembuskan nafas terakhirnya
Aku ‘tak sempat menjumpainya
Karena aku tiba pukul 20.00 wita
Aku ‘tak sempat menemaninya
Bertemu malaikat pencabut nyawa

‘Tak ada pesan yang ditinggalkan ayahku padaku
Karena memang dia tak mampu berbicara lagi
Mulutnya lumpuh
Karena struk telah memecah saraf di kepalanya
Ia hanya mampu meneteskan air mata
Air mata yang menjelma tanda tanya
Apa sebenarnya yang ingin dia katakan?
Apakah ia menantikan kehadiranku yang masih jauh dirantau?

Air mata itulah yang mengahantuiku hingga detik ini
Sebuah rasa bersalah yang belum mampu aku atasi
Aku tiba dirumah dalam keadaan ayahku tak bernyawa lagi
Ayahku tidak di Rumah sakit lagi
Ia sudah terbaring tenang digubuk kecil kami

Namun aku merasa agak tenang setelah aku menatap wajahnya
Sebuah senyuman terpancar dari bibirnya yang beku
Kulitnya kencang menutupi dagingnya yang utuh
Cerah…
Sungguh kemuliaan yang diberikan Tuhan pada ayahku

Aku pun merindukan kematian semacam itu
Tenang dalam pelukan kasih Ilahi…

Al Hikmah Com., 20 Oktober 2006

0 Komentar: