..:Hamzarblog:..

Hidup atau mengada secara sungguh-sungguh berarti berjuang, dengan keringat dan darah, dan bukan hanya sekedar hidup [KIERKEGAARD]”; Bahasa adalah “sangkar ada”. Kenyataan tidak tinggal di luar melainkan bersemayam dalam bahasa “[HEIDEGGER]”; Hidup adalah insting atas pertumbuhan, kekekalan dan pertambahan kuasa. Hidup adalah kehendak untuk penguasaan. Hidup bukan sebagai proses biologis, melainkan sebagai suatu yang mengalir, meretas, dan tidak tunduk pada apapun yang mematikan gerak hidup “[NIETZSCHE]”; Keberadaan diri pada kenyataannya tergantung atas tindakan, pengharapan dan hasrat. Manusia yang tidak mempunyai tiga hal tersebut, hidupnya hampa. Keberadaan kita bergantung pada adanya hasrat-hasrat dan tindakan-tindakan. Ketiadaan dari hal-hal tersebut membuat hidup kita lesu dan hampa “[MUH. IQBAL]

Thursday, January 18, 2007

CATATAN AKHIR TAHUN

Pada akhir desember 2006 ini aku mencoba membuka dan merangkai kembali seluruh memori perjalanan hidup yang pernah aku lewati. Semua ini sengaja aku rangkai dalam sebuah catatan akhir tahun dengan maksud agar aku bisa membacanya setiap saat ketika aku ingin mengenang kembali masa lalu. Sepahit apapun masa laluku, tetaplah ia menjadi pelajaran yang sangat berharga bagiku, ia adalah harta yang tak ternilai harganya, karena kenanganku hanyalah milikku, dan tidak seorang pun yang menyamai kenangan yang aku miliki.

Tentang keluargaku
Tahun 2006 adalah tahun yang penuh cobaan bagiku, mulai dari persoalan keluarga sampai pada persoalan cinta. Orientasi hidupku banyak berubah pada tahun ini, terutama semenjak ayahku meninggal dunia beberapa bulan yang lalu (18 September 2006). Aku harus mulai bisa menafkahi diriku sendiri tanpa harus tergantung lagi dengan orang tua. Disatu sisi kondisi ini membuatku lebih merdeka untuk menentukan masa depanku sendiri, namun disisi lain tekanan hidupku terasa lebih keras, karena pada dasarnya aku belum bisa mandiri secara ekonomi. Kalau hanya sekedar untuk bekerja untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya mungkin beban hidupku akan terasa ringan. Namun kenyataannya aku juga harus mengurus organisasi dan juga aku harus kuliah. Aku bukanlah orang yang bisa membagi waktu dengan adil, jadi tidak heran kalau kuliahku berantakan karena jarang masuk kuliah dan jarang ngumpul tugas. Keuanganku juga semakin menipis karena jarang turun kerja.

Sebenarnya, bukan karena ibuku tidak sanggup lagi untuk mengirimi aku uang tiap bulan, tapi ini memang pilihan sadarku sendiri, aku sendiri yang meminta kepada ibuku untuk tidak mengirimi aku uang lagi. Aku harus buktikan pada diriku sendiri kalau aku bisa hidup mandiri di Makssar tanpa subsidi dari orang tua. Sebagai anak pertama dari empat bersaudara, aku harus bisa mengerti kesusahan ibuku yang harus berjualan di kantin salah satu SMU Negeri di Kota Balikpapan. Pekerjaan itulah satu-satunya yang bisa dilakukan ibuku untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari.

Aku masih memiliki satu orang adik perempuan yang masih duduk dikelas 6 SD (yang tidak lama lagi akan masuk SMP, Insya Allah). Mudah-mudahan saja biaya untuk masuk SMP tahun 2007 nanti tidak terlalu tinggi. Aku juga memiliki dua adik laki-laki, yang pertama umurnya hanya selisih satu tahun empat bulan dari aku. Dia sudah bekerja di salah satu perusahaan air minum di Kota Balikpapan, walaupun begitu gaji yang dia terima per bulanya relatif rendah jika harus dibandingkan dengan biaya hidup yang tinggi di Balikpapan. Dan yang kedua umurnya 19 tahun, sampai saat ini dia masih jadi pengangguran. Adikku yang satu ini agak hedonis, maklumlah dia itu anak band yang sangat suka keramaian dan berkumpul dengan teman-teman gang-nya. Walau pun sikap adikku yang suka hura-hura tapi dia bukanlah laki-laki perokok apalagi peminum.

Sebagai anak tertua, sebenarnya aku punyai tanggung jawab yang besar untuk menjaga keluargaku. Walaupun saat ini aku ada di Makassar, jauh dari keluarga, tapi aku akan terus berusaha agar aku bisa mandiri secara ekonomi di Makassar sehingga bisa memenuhi kebutuhan hidup keluargaku.

Masalah Kuliahku
Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya bahwa kuliahku saat ini lagi hancur-hancurnya. Sebenarnya sudah banyak sahabat yang selalu menginghatkanku untuk rajin kuliah, bahkan ada sahabat yang pernah mendesakku untuk bisa mendapatkan IP minimal 3,0 dan kalau aku gagal maka dia akan menghukumku dengan tidak pernah menegurku lagi ( dan aku paling tidak tahan kalau di diami oleh orang-orang yang aku sayangi). Tapi kenyataannya kuliahku tetap berantakan.

Teman-temanku dikampus mengenalku sebagai anak yang pintar dan cerdas, tapi sayang aku jarang sekali masuk kuliah dan jarang mengerjakan tugas, makanya nilaiku tidak pernah bagus. Ditambah lagi aku jarang mengikuti praktikum mata kuliah yang membuat nilaiku semakin hancur. Jadi tidak heran kalau nilaiku yang keluar selalu error.

Aku mencoba merenungkan kenapa kuliahku bisa hancur seperti itu, dan aku dapatkan jawabannya. Jawabannya sederhana; aku tidak sehati dengan jurusan yang aku pilih, aku tidak bisa sehati dengan kondisi pekuliahan di Kehutanan. Jadi salah besar kalau ada orang yang mengatakan kalau kuliahku hancur karena terlalu banyak berorganisasi. Justru bagiku, organisasilah yang semakin membuat aku semakin cerdas dan memiliki kapasitas intelektual dan kemampuan retorika yang tidak dimiliki oleh sebagian besar mahasiswa. Kan lucu kalau ada yang ngaku mahasiswa tapi masih keringatan dan bicaranya belepotan kalau lagi melakukan persentase makalah di depan kelas.

Rencananya tahun 2007 nanti aku ingin hengkang ke Universitas lain. Sebenarnya aku ingin tetap kuliah di Unhas dengan cara pindah jurusan lain (ekstensi sastra Inggris), tapi kendalanya biaya kuliah di ekstensi sangatlah mahal, aku tidak akan mampu memenuhi kebutuhan biaya kuliahku sendiri. Akhirnya aku memutuskan untuk pindah Universitas, itupun kalau Ibuku menyetujuinya. Tapi aku rasa ibuku akan menyerahkan semua pilihan hidupku pada diriku sendiri, walaupu aku tau ibuku pasti akan kecewa jika aku tidak kuliah di Unhas lagi.

Masalah Pekerjaan
Aku tidak akan bisa berkembang kalau hanya mengandalkan kerja sebagai operator komputer di Al Hikmah Com., aku harus membuka usaha sendiri. Sebenarnya penghasilan yang bisa aku dapatkan sebagai operator komputer di Al Hikmah Com. cukup banyak, namun karena aktifitas organisasiku yang cukup padat membuat aku jarang kerja, alhasil tidak ada pemasukan yang aku dapatkan. Aku pernah mencoba untuk aktif bekerja, hasilnya banyak sekali uang yang aku dapatkan, tapi hal itu justru membuat urusan organisasiku menjadi terbengkalai. Sebaliknya, saat aku mencoba kembali mengaktifkan diri di organisasi, maka pekerjaanku menjadi terbengkalai. Aku pun harus lebih mementingkan organisasiku karena bagaimana pun juga aku sudah menjadi salah satu petinggi dan tokoh di organiasasi tersebut.

Aku berharap teman-teman seperjuanganku di organisasi bisa mengerti keadaanku dan bisa lebih serius membantuku menjalnkan kerja-kerja ke-organisasi-an. Cuma mereka yang bisa aku andalkan.

Masalah Organisasi
Satu hal yang sangat aku harapkan sejak dulu dalam menjalankan sebuah organisasi, yaitu profesionalisme dalam berlembaga. Masalah profesionalisme inilah yang sampai saat ini belum bisa terwujud dengan baik diorganisasiku, sehingga yang terjadi adalah tumpang tindih pekerjaan. Pekerjaan yang seharusnya bisa dikerjakan secara professional oleh masing-masing pengurus sesuai tugasnya masing-masing justru harus dikerjakan langsung oleh ketua umum. Kalau saja semua pengurus dapat bekerja dengan professional, mungkin bebanku tidak terlalu berat, sehingga aku juga bisa membagi waktuku dengan baik.

Terkadang aku ingin berteriak dan memaki semua pengurusku sebagai orang-orang yang kejam, yang tidak bisa mengerti beban hidupku, namun itu hanya bisa aku pendam dalam hati. Aku sudah berupaya untuk memahami semua keinginan pengurusku tapi entah kenapa masih ada saja pengurus yang tidak tau diri. Aku paling tidak suka dengan pengurus yang manja, yang kerjanya terlalu banyak mengeluh tanpa sebelumnya ada usaha nyata yang dia lakukan. Yang aku harapkan adalah pengurus yang memiliki kemandirian secara individu, sehingga tidak menggantungkan dirinya dan tanggungjawab keorganisasiannya pada pengurus yang lain. Untunglah masih ada pengurusku yang setia mendampingiku melakukan kerja-kerja keorganisasian. Semoga Allah membalas pengorbanan dan kesetiaan kalian dengan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Masalah Persahabatan
Aku sudah sering kali merasa dikhianati oleh seorang sahabat. Dan yang paling menyakitkan adalah dikhianati oleh teman seperjuangan. Pengalaman pahit dikhianati seorang sahabat mebuatku sangat selektif dan berhati-hati dalam memilih sahabat, terlebih dalam memilih teman seperjuangan. Aku hanya bisa bersahabat dengan orang yang mandiri secara individu yang tidak mudah mengeluh dan tidak pula menggantungkan hidupnya pada orang lain. Aku ingin tercipta sebuah persahabatan yang saling ketergantungan (karena kita tidak akan mungkin hidup sendiri). Dengan demikian tidak akan ada yang merasa dirugikan.

Masalah Cinta
Secara teoritis mungkin aku bisa memahami mana yang dikatakan cinta dan mana yang dikatakan simpati. Namun dalam kenyataannya aku sendiri susah sekali membedakannya. Saat aku menyukai seorang perempuan, aku tidak tahu apakah itu cinta, simpati ataukah itu sebuah nafsu. Namun selama rasa suka itu tidak melibatkan syahwat, aku yakin itu bukanlah nafsu, sehingga pilihannya adalah hanya diantara cinta atau simpati.

Selama hidupku, aku sudah memiliki pengalaman dalam persoalan cinta, mulai dari mengungkapkan perasaan cinta pada seorang gadis, pacaran, kemudian putus, jatuh cinta lagi, ditolak, kemudian jatuh cinta lagi dan jatuh cinta lagi. Kalau mengingat semua perjalanan itu, terkadang aku merasa jadi lelaki bodoh sedunia.

Tapi justru pengalaman itulah yang memberiku banyak pelajaran bagaimana mencintai dan menghormati perempuan, dan bagaimana caranya menjaga hati. Aku sadari bahwa hingga saat inipun aku tidak mampu melepaskan diri dari kecenderungan untuk menyukai dan mencintai orang lain. Pergolakan jiwa pun tak mampu aku hindari, sebuah pergolakan jiwa untuk bisa menjaga perasaan cinta agar tetap suci dan terjaga dari nafsu. Sungguh, pertarungan antara cinta dan nafsu sangatlah berat, dan hal itu sangatlah menguras energi dan pikiranku.

Untuk saat ini didalam hatiku bersemayang seorang gadis yang aku beri nama “Gadis Salju”. Sebenarnya aku pun masih bingung, apakah perasaanku padanya adalah sebentuk cinta ataukah hanya sebatas simpati. Aku sengaja memberinya nama Gadis Salju karena untuk saat ini aku tidak ingin dia mengetahui kalau aku punya perasaan khusus padanya.

Aku tidak ingin menodai perasaan yang aku miliki terhadapnya. Aku sangat sadar bahwa batas antara cinta dan nafsu sangatlah tipis, bahkan terkadang sulit untuk dibedakan. Aku tidak ingin perasaan ini terjerumus dalam lembah nafsu. Disatu sisi aku tidak bisa menghindar dari kecenderunganku untuk mencintai, namun disisi lain aku pun harus menjaga rasa cinta itu agar tidak terjerumus dalam lembah nafsu. Sungguh aku ingin mencintainya karena Allah semata.

Suatu ketika seorang sahabat perempuan pernah mendesakku untuk memberitahukan siapa si Gadis Salju, namun aku tetap berkeras untuk merahasiakannya. Mungkin dia sedikit kecewa, tapi itulah yang aku rasa sikap terbaik yang harus aku lakukan saat ini. Aku merasa belum waktunya untuk mengungkapkan siapa sebenarnya Gadis Salju. Aku belum sanggup mengatakan bahwa sebenarnya dialah si Gadis Salju itu.

Waktu itu aku hanya berkata kepadanya bahwa belum waktunya untuk mengungkap siapa si Gadis Salju. Biarlah waktu yang akan menjawabnya. Kalaupun dia bisa merasakan siapa sebenarnya Gadis Salju, aku berharap dia mampu menyikapinya dengan wajar dan dewasa.
Saat ini aku selalu berusaha untuk menempatkan dirinya hanya sebatas seorang sahabat, sama dengan sahabat-sahabatku yang lain. Mungkin dengan cara ini, perasaan cinta ini bisa terjaga, hingga tiba waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya. Aku tidak ingin mencintainya secara berlebihan, karena itu petanda bahwa nafsu mulai bereaksi.

Aku pun mencoba untuk menghilangkan rasa takut kehilangan, karena bagiku cinta bukanlah sebuah pemilikan, namun sebuah ke-menjadi-an. Masa depan adalah hamparan kemungkinan-kemungkinan. Jadi, kalau pun si Gadis Salju bukan lah jodohku, aku yakin Allah akan memberikan Gadis Salju lain yang lebih baik. Amin…!!!

Pondok Restu, 30 Desember 2006

0 Komentar: