..:Hamzarblog:..

Hidup atau mengada secara sungguh-sungguh berarti berjuang, dengan keringat dan darah, dan bukan hanya sekedar hidup [KIERKEGAARD]”; Bahasa adalah “sangkar ada”. Kenyataan tidak tinggal di luar melainkan bersemayam dalam bahasa “[HEIDEGGER]”; Hidup adalah insting atas pertumbuhan, kekekalan dan pertambahan kuasa. Hidup adalah kehendak untuk penguasaan. Hidup bukan sebagai proses biologis, melainkan sebagai suatu yang mengalir, meretas, dan tidak tunduk pada apapun yang mematikan gerak hidup “[NIETZSCHE]”; Keberadaan diri pada kenyataannya tergantung atas tindakan, pengharapan dan hasrat. Manusia yang tidak mempunyai tiga hal tersebut, hidupnya hampa. Keberadaan kita bergantung pada adanya hasrat-hasrat dan tindakan-tindakan. Ketiadaan dari hal-hal tersebut membuat hidup kita lesu dan hampa “[MUH. IQBAL]

Saturday, March 17, 2007

Memaknai Kecemasan

Hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh liku, duri dan persimpangan. Masa depan adalah hamparan kemungkinan-kemungkinan, apa saja dimungkinkan terjadi. Apa yang akan terjadi pada masa depan adalah sesuatu yang tak pasti dan penuh dengan misteri yang mengundang beribu tanya. Selama misteri masa depan belum tersingkap, maka selama itu pula manusia mengalami kecemasan, selalu bertanya dan mencari. Tak jarang ada yang putus asa mengarungi hidup, mereka dikuasai oleh kecemasannya sehingga tak mampu menyingkap makna terdalam dari sebuah kecemasan dan pencarian tiada henti.

Mengambil sebuah pilihan hidup antara sesuatu yang baik dan yang buruk bukanlah sesuatu yang rumit. Yang pelik adalah jika kita dihadapkan oleh dua pilihan hidup antara yang baik dengan yang baik. Dan ketika kita dihadapkan pada dua (atau lebih) pilihan hidup antara yang baik dan yang baik, maka pada saat itu pula kecemasan kembali menyelimuti jiwa. Dalam kecemasan tersebut, terkadang muncul pertanyaan-pertanyaan eksistensial; Untuk apa saya hidup? Untuk apa saya melakukan ini, melakukan itu? Kenapa saya harus begini, begitu? dan lain sebagainya. Ketika manusia tidak mampu mengatasi pertanyaan-pertanyaan eksistensial tersebut, terkadang manusia menempuh berbagai macam cara untuk menghilangkan rasa cemas yang dialaminya (misalnya dengan mencari tempat hiburan, dan lain sebagainya), dan bahkan ada yang memilih untuk mati agar bisa keluar dari rasa cemasnya.

Mengarungi kehidupan berarti juga mengarungi pilihan-pilihan hidup. Kecemasan bukan sesuatu yang buruk, justru kecemasan adalah sesuatu yang baik. Kecemasan adalah tanda kebebasan seseorang, semakin bebas seseorang maka semakin sering dia mengalami kecemasan karena orang yang bebas memiliki banyak pilihan-pilihan hidup. Berbeda misalnya dengan seorang budak yang hanya memiliki satu pilihan hidup, yaitu hanya mengabdi pada tuannya. Yang dialami oleh para budak bukanlah rasa cemas tetapi rasa takut. Rasa cemas dan rasa takut adalah dua hal yang berbeda, rasa cemas tidak jelas objeknya, sedangkan rasa takut sudah jelas objeknya.

Hidup adalah sebuah proses menuju kesempurnaan. Dengan adanya kecemasan itulah manusia dimungkinkan mencapai kesempurnaan (paling tidak mendekati kesempurnaan). Kecemasan akan membuat seseorang menjadi semakin dewasa, kedewasaan bukanlah tingkatan umur atau usia, tetapi kedewasaan adalah sebuah tingkat kesempurnaan seseorang sebagai manusia bebas.

Jadi, bagaimana kita mengahadapi hidup? Jalani saja hidup dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, ambil salah satu pilihan-pilihan hidup yang dialami dan jalani pilihan hidup tersebut dengan penuh tanggungjawab dan terimalah segalah konsekuensi atas pilihan yang telah diambil.

Pilihan-pilihan yang rumit memang melahirkan kecemasan, setelah kita mengambil sebuah pilihan, maka kita akan merasakan sebuah ketegangan, selalu bertanya-tanya apakah pilihan yang telah kita ambil sudah tepat atau tidak. Namun setelah kita mampu melewati masa-masa kecemasan dan ketegangan, maka kita akan merasakan adanya sebuah kenikmatan, bukan kenikmatan lahiriah, namun sebuah kenikmatan eksistensial.

Kenikmatan yang kita peroleh itupun tidak akan bertahan selamanya, karena kita akan dihadapkan kembali pada pilihan-pilihan hidup yang baru, yang mungkin akan lebih berat dari pilihan-pilihan hidup sebelumnya. Semakin berat pilihan-pilihan hidup, maka semakin besar pula kecemasan dan ketegangan yang kita alami, namun kenikmatan yang akan kita peroleh pun akan semakin besar pula. Semakin bisa kita melewati kecemasan, maka semakin dewasa dan semakin sempurnalah kemanusiaan kita.

0 Komentar: