..:Hamzarblog:..

Hidup atau mengada secara sungguh-sungguh berarti berjuang, dengan keringat dan darah, dan bukan hanya sekedar hidup [KIERKEGAARD]”; Bahasa adalah “sangkar ada”. Kenyataan tidak tinggal di luar melainkan bersemayam dalam bahasa “[HEIDEGGER]”; Hidup adalah insting atas pertumbuhan, kekekalan dan pertambahan kuasa. Hidup adalah kehendak untuk penguasaan. Hidup bukan sebagai proses biologis, melainkan sebagai suatu yang mengalir, meretas, dan tidak tunduk pada apapun yang mematikan gerak hidup “[NIETZSCHE]”; Keberadaan diri pada kenyataannya tergantung atas tindakan, pengharapan dan hasrat. Manusia yang tidak mempunyai tiga hal tersebut, hidupnya hampa. Keberadaan kita bergantung pada adanya hasrat-hasrat dan tindakan-tindakan. Ketiadaan dari hal-hal tersebut membuat hidup kita lesu dan hampa “[MUH. IQBAL]

Monday, January 22, 2007

HATI-HATI KOMUNIKASI VIA SMS

Sudah satu minggu ini aku kehilangan selera makan dan tidak nyenyak tidur. Hal ini terjadi akibat masalah pribadiku dengan seorang akhwat yang berdampak pada hubunganku dengan adiknya. Parahnya masalah ini berdampak pula pada lembaga kami. Makian, sindiran, bahkan tangisan via SMS dan telpon pun tidak dapat dihindari.

Bahasa SMS terkadang menyesatkan. Hal ini menjadi wajar karena banyak aspek-aspek kemanusiaan yang tidak dilibatkan dalam bahasa SMS. Dengan berkomunikasi secara langsung saja banyak aspek yang terabaikan, apalagi berkomunikasi via SMS. Komunikasi via SMS lebih berpotensi menimbulkan kesalahpahaman dan konflik dari pada komunikasi secara langsung.

Dengan berkomunikasi secara langsung, kita tidak hanya menggunakan bahasa verbal (bahasa lisan) namun juga menggunakan bahasa non verbal (bahasa tubuh). Aspek-aspek seperti ekspresi yang mewakili perasaan/jiwa tidak mampu diwakili oleh bahasa SMS. Saat kita main SMS, aspek ekspresi dari lawan bicara hanya menjadi bayangan yang diciptakan oleh imajinasi kita sendiri. Kita hanya mampu mereka-reka ekspresi dari lawan bicara. Ekspresi lawan bicara kita saja hanya mampu kita reka-reka, sekarang bagaimana kita mereka-reka perasaan atau suasana hati lawan bicara!!!

Komunikasi via SMS akan berjalan baik jika kedua pihak sama-sama dalam kondisi baik pula. Namun jika salah satunya berada dalam kondisi yang kurang baik, biasanya pesan yang ingin disampaikan dalam komunikasi via SMS terkadang sering salah sasaran akibat salah memaknai bahasa SMS. Kondisi hati dan latar belakang ideologi sangat mempengaruhi bagaimana sebuah teks (bahasa SMS) ditafsirkan.

Matinya sang pengarang. Ketika seorang pengarang (penulis) melahirkan sebuah karya (teks) maka ada sebuah makna yang coba ditanamkan oleh sang pengarang kedalam teks tersebut. Namun setelah teks tersebut dibaca oleh halayak umum, maka sang pembaca pun akan memiliki pemaknaan tersendiri terhadap teks tersebut. Pada saat inilah teks tidak lagi bermakna tunggal (makna sang pengarang), namun telah menjadi multi-makna (matinya sang pengarang dan lahirnya penafsir-penafsir atau pemakna-pemakna baru).

Fenomena seperti inilah yang aku alami, dimana pesan yang aku kirimkan via SMS telah salah dimaknai oleh orang yang aku tuju, ditambah lagi dengan kondisi psikologis orang yang aku tuju kurang baik sehingga pesan yang aku kirim pun ditanggapi secara emosional. Aku pun yang menerima balasan SMS darinya yang cukup pedas ikut terbawa emosi

Sebenarnya dalam Al-Qur’an ada ajaran tentang prinsip-prinsip dasar berkomunikasi, namun terkadang kita melalaikannya. Pertama, Qaulan Sadidan: mengucapkan perkataan-perkataan yang benar (An Nisaa’/4 : 9 dan Al Ahzab/33 : 70), kedua Qaulan Balighan: mengucapkan perkataan yang berbekas pada jiwa (An Nisaa’/4 : 63), ketiga Qaulan Maysuran: mengucapkan perkataan-perkataan yang tidak menyinggung (Al Israa’/17 : 28), keempat Qaulan Layyinan: mengucapkan kata-kata yang lemah lembut (Thaahaa/20 : 44), kelima Qaulan Kariman: mengucapkan perkataan yang mulia (Al Israa’/17 : 23), dan keenam Qaulan Ma’rufan: mengucapkan kata-kata yang baik (An Nisaa’/4 : 5).

Prinsip-prinsip dasar berkomunikasi ini menjadi penting bagi kita yang berada dalam sebuah komunitas yang sama dan juga memiliki tugas yang sama untuk men-da’wah-kan Islam.

Aku sangat menyadari kesalahanku telah menyakiti perasaannya. Aku hanya berharap masalah yang terjadi antara aku dan dia bisa menjadi bahan refleksi agar tidak terjebak lagi dalam persoalan yang sama dan berhati-hati dalam berkomunikasi.

Pondok Restu, 22 Januari 2007

0 Komentar: