..:Hamzarblog:..

Hidup atau mengada secara sungguh-sungguh berarti berjuang, dengan keringat dan darah, dan bukan hanya sekedar hidup [KIERKEGAARD]”; Bahasa adalah “sangkar ada”. Kenyataan tidak tinggal di luar melainkan bersemayam dalam bahasa “[HEIDEGGER]”; Hidup adalah insting atas pertumbuhan, kekekalan dan pertambahan kuasa. Hidup adalah kehendak untuk penguasaan. Hidup bukan sebagai proses biologis, melainkan sebagai suatu yang mengalir, meretas, dan tidak tunduk pada apapun yang mematikan gerak hidup “[NIETZSCHE]”; Keberadaan diri pada kenyataannya tergantung atas tindakan, pengharapan dan hasrat. Manusia yang tidak mempunyai tiga hal tersebut, hidupnya hampa. Keberadaan kita bergantung pada adanya hasrat-hasrat dan tindakan-tindakan. Ketiadaan dari hal-hal tersebut membuat hidup kita lesu dan hampa “[MUH. IQBAL]

Tuesday, April 10, 2007

Misteri Kematian

Kematian hingga saat ini masih menyembunyikan misterinya yang terdalam. Semakin kita mencoba merasionalisasikannya, maka semakin dalam pula misteri yang harus diselami. Siapa yang tidak mengakui keberadaan kematian? Mulai dari yang ber-Tuhan sampai yang paling atheis sekali pun mengakui keberadaan kematian. Tidak ada yang bisa menghindar darinya, apalagi lari dari kematian.

Dengan kecerdasannya, manusia telah mampu menjelajahi bumi dan luar angkasa, namun ternyata banyak hal yang ada pada diri manusia sendiri yang belum mampu terjawab oleh kecerdasan manusia. Kematian adalah salah satu hal yang sangat dekat dengan diri manusia, namun tidak ada satupun teknologi ciptaaan manusia yang dapat mengungkap misteri kematian.

Delapan bulan yang lalu aku kehilangan seorang ayah, dan kini (untuk kesekian kalinya) aku kehilangan seorang sahabat. Namanya Rafli Arsa (24 tahun), beliau mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Kami berdua menjadi sahabat sejak sama-sama aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dari segi ide dan pemikiran, mungkin kami sering berseberangan, namun pada dasarnya rasa persaudaraan kami berdua sangat erat. Beliau adalah orang yang cenderung lebih suka menggeluti wacana-wacana gerakan sedangkan aku sendiri lebih suka mengkaji wacana-wacana yang filosofis seperti Filsafat.

Kini sahabatku Rafli ‘tlah tiada. Tinggallah diriku yang mencoba merenungkan kapan ajalku akan tiba. Semakin aku memikirkan kapan ajalku akan tiba, maka semakin takut pula aku dibuatnya. Aku merasa belum siap untuk mati, aku merasa amalan burukku masih lebih berat daripada amalan baikku. Masih banyak hati yang tersakiti olehku. Masih banyak amanah yang belum aku panuhi. Masih banyak kewajiban yang belum aku lakukan. Ternyata…ternyata…dan ternyata…, aku belum…aku belum…aku belum…

Ya Allah…

Ampunilah hambamu yang daif ini

Ampunilah hambamu yang lalai ini

Ampunilah hambamu yang angkuh dan sombong ini

Ampunilah hambamu ini ya Allah…

1 Komentar: